Sunday, June 15, 2008

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DANAU TEMPE

Sosial Budaya Masyarakat
Dari hasil survey dan data yang ada menunjukkan kondisi sosial ekonomi masyarakat masih rendah, indikator yang dapat kami lihat adalah rendahnya pengatahuan dan tingkat pendidikan masyarakat, kegiatan-kegiatan ekonomi masih bersifat subsistem, sarana penunjang kegiatan ekonomi yang masih tradisional dan kurangnya alternatif yang dapat lebih diberdayakan dan dikembangkan, kelembagaan masayarakat yang tidak berfungsi dengan baik khususnya kelembagaan adat dan yang lebih utama adalah tidak adanya partisipasi masyarakat lokal dalam upaya mewujudan pengelolaan Danau Tempe secara terpadu.
Adat Istiadat
Danau Tempe berada di lingkungan masyarakat suku bugis, yang memiliki norma dan nilai-nilai budaya beragam. Salah satu nilai budaya yang terkait dengan lingkungan adalah memelihara dan melestarikan alam. Sekarang ini nilai-nilai dan kebiasaan adat yang dahulu dilakukan masyarakat disekitar Danau Tempe telah mulai menghilang. Salah satu sistem pengelolaan lahan yang menjadi kebiasaan adat di wilayah Danau Tempe sejak dahulu adalah melakukan sistem makoti. Makoti adalah sistem pembagian lahan yang akan diolah (bukan hak milik) setelah air danau surut, lahan yang dibagi merupakan lahan kosong yang kering. Sistem ini pembagian dilakukan dengan mengundi yang didasarkan atas posisi atau letak lahan masing-masing Lahan tersebut dibagi berdasarkan jumlah peminat yang ingin mengolah lahan kosong tersebut, kemudian lahan tersebut dibagi berdasarkan kedekatannya dengan areal danau. Sistem ini sangat disukai oleh masyarakat, karena menurutnya sangat baik dan adil dalam pengelolaan lahan usaha. Dan juga dengan sistem ini kebersamaan dan kekeluargaan diantara mereka dapat terpelihara.
Budaya lain adalah Maccera Tappareng yang dilakukan oleh masyarakat pesisir danau pada empat kecamatan. Budaya ini merupakan upacara adat yang dilaksanakan untuk mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmatnya dengan melimpahnya ikan di Danau Tempe. Dalam upacara ini, para nelayan, terutama yang berdiam di sekitar Danau Tempe, berkumpul mengucap syukur. Kompas (2003) menulis bahwa ucapan syukur ini dilakukan dengan upacara tertentu dan memotong kerbau. Acara pemotongan kerbau ini kemudian dirangkai dengan acara makan-makan layaknya pesta. Untuk menambah kemeriahan acara ini, biasanya para nelayan mengadakan lomba perahu. Selain itu juga digelar acara mappadendang, yakni tari-tarian yang diiringi lagu-lagu adat setempat. Lebih dari itu semua, inti acara ini juga adalah ajang silaturahmi bagi para nelayan dan masyarakat setempat. pelaksanaan tradisi ini biasanya dirangkaikan dengan Festival Danau Tempe yang diadakan hampir setiap tahun. Festival Danau Tempe ini menjadi tujuan wisatawan dari mancanegara dan wisatawan lokal.Dalam pelaksanaan adat istiadat, yang paling berperan adalah Macoa Tappareng. Wawancara dengan beberapa Macoa Tappareng menjelaskan bahwa tugasnya adalah ikut menjaga kelestarian Danau Tempe dengan mengatur masyarakatnya yang hidup dari danau ini. Tugas Macoa Tappareng juga mengawasi agar jenis-jenis ikan asli danau seperti biawang dan bungo, tetap ada. Macoa Tappareng pula yang mengatur dan mengawasi agar penangkapan ikan di Danau Tempe tidak menggunakan pa’bu, yakni sejenis racun ikan untuk menangkap ikan.
Tingkat Pendidikan
Tingkat dan sarana pendidikan penduduk disekitar wilayah perairan Danau Tempe secara umum belum cukup memadai. Masih banyak keterbatasan dalam hal sarana penunjang dan kesadaran pentingnya pendidikan, menyebabkan tingkat pendidikan penduduk masih relatif rendah. Sebagian besar masyarakat tingkat pendidikanya hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (48 % dari jumlah penduduk), sehingga dalam melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan memerlukan penyampaian yang terinci, jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan usaha yang dilakukan serta sulit menguasai teknologi dan manajemen usaha.
Kondisi sekolah tingkat SD, SMP dan SMU pada empat kecamatan pesisir Danau Tempe yaitu 141 SD, 13 SMP dan 5 SMU (Sumber: Kabupaten Wajo dalam Angka, 2005).
Kesehatan Masyarakat
Kondisi kesehatan masyarakat disekitar Danau Tempe pada umumnya masih sangat rentan terhadap penyakit. Jenis penyakit yang sering diderita masyarakat disekitar danau Tempe adalah jenis penyakit saluran pernapasan, diare/muntaber, kulit, malaria, cacingan, batuk, mata, influenza dan gigi.
Pada umumnya para penduduk yang mengalami gangguan kesehatan, mereka berobat ke Puskesmas Pembantu yang ada di wilayah mereka. Namun apabila ada penyakit yang kurang mampu ditangani oleh perawat dan mantri atau dokter yang ada, maka mereka dirujuk ke Rumah Sakit yang ada di ibukota Kabupaten. Disamping itu sebagian masyarakat di sekitar Danau tempe masih tergantung atau percaya pada hal-hal yang supranatural sehingga ada juga yang berobat ke dukun.
Perekonomian Masyarakat
Perekonomian masyarakat sekitar Danau Tempe didominasi oleh pekerjaan sebagai nelayan dan pertanian tanah koti. Biasanya masyarakat yang mengerjakan tanah koti juga bermata pencaharian sebagai nelayan. Pertanian tanah koti dilakukan pada musim kering dan pekerjaan sebagai nelayan dilakukan pada musim hujan atau air menggenangi tanah koti. Sementara sebagian kecil masyarakat berprofesi sebagai pedagang, pengusaha dan pegawai negeri.

Berdasarkan data statistik bahwa struktur penduduk menurut mata pencaharian di Danau Tempe masih di dominasi oleh sektor pertanian, perikanan dan peternakan yaitu 31.800 jiwa atau sebesar 56,45 % dari penduduk usia kerja yang bekerja. Besarnya angkatan kerja yang terserap di sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah yang memang potensial untuk pengembangan komoditi pertanian dan perikanan.

Sementara untuk sektor-sektor lainnya yang diharapkan lebih mampu menyerap angkatan kerja, seperti sektor industri ternyata masih belum mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri hanya sebanyak 7.254 jiwa atau sebesar 12,88 %. Demikian pula dengan mata pencaharian di sektor jasa, yang merupakan kegiatan ekonomi sekunder masih rendah menyerap tenaga kerja yaitu hanya 6.841 jiwa atau hanya sebesar 12,14 % dari angkatan kerja yang bekerja.